Definisi
Kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta kuno rabhas yang artinya melakukan
kekerasan/kejahatan. Dalam bahasa Yunani, rabies disebut Lyssa atau Lyttayang
artinya kegilaan. Dalam bahasa Jerman, rabies disebut tollwut dari bahasa
indojerman Dhvar yang artinya merusak
dan wut artinya marah. Dalam bahasa
Prancis, rabies disebut rage berasal
dari kata benda robere yang artinya
menjadi dila. Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf
pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zooniotik, yaitu
ditularkan dari hewan ke manusia dan menyebabkan
kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus rabies
dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan disebarkan melalui luka
gigitan atau jilatan gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera,
dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Etiologi
Virus rabies merupakan virus RNA,
termasuk dalam familia Rhabdoviridae, genus
Lyssa. Virus ini berbentuk peluru
atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan
melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah,
memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya
terdapat tonjolan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran
selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus tersusun dari ribonukleokapsid
dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada
permukaannya terdapat tonjolan (spikes) yang jum;ahnya lebih dari 500 buah. Pada
membrane selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi. Virus berukuran
panjang 180 nm, diameter 75nm, tonjolan berukuran 9nm, dan jarak antara spikes
4-5 nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70%,
yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam
larutan gliserin 50%. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam
penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 C dapat tahan selama
beberapa tahun.
Gejala Klinis
Pada Hewan
·
Stadium Prodromal
Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung
antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan temperamen yang
masih ringan. Hewan mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri,
reflek kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap
tuannya. Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila
ada provokasi. Dalam keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh
kenaikan suhu badan.
· Stadium Eksitasi
Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal,
bahkan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan
lain ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan
tidak ada provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu
tampak seperti ketakutan. Hewan mengalami fotopobi atau takut melihat
sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara berlebihan dan tampak
ketakutan.
·
Stadium Paralisis.
Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit
untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian.
Hewan mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh
dan mati.
Pada Manusia
Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat
stadium.
·
Stadium Prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah
perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti
terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama
beberapa hari.
·
Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas
luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap
ransangan sensoris.
·
Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala
berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap
rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih
sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman
dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi
argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.
·
Stadium Paralis
Sebagian besar
penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadangkadang
ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot
yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang
yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi pada manusia yang khas
adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau
selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat pada
anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia dengan periode inkubasi yang
panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang terjadi. Masa
inkubasi tergantung pada umur pasien, latar belakang genetic, status immune, strain
virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu.
Masuknya ke susunan saraf pusat. Masa inkubasi tergantung dari lamanya
pergerakan virus dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke otak, pada
gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada gigitan ditangan masa
inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari.
Gejala
Rabies
Pada salah satu sumber
menyebutkan beberapa ciri-ciri dari korban yang telah terinfeksi virus rabies
diamana korban tersebut akhirnya meninggal akibat terlambat mendapat
pertolongan, yaitu :
a.
Keluar keringat yang deras
b. Dada sakit seperti tertusuk-tusuk dan
sakit
c.
Sesak nafas
Tanda-Tanda Penyakit Rabies Pada Hewan
Gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk :
o
Bentuk ganas
(Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan
akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.
Tanda-tanda
yang sering terlihat :
Ø Hewan menjadi penakut atau menjadi
galak
Ø Senang bersembunyi di tempat-tempat
yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
Ø Tidak menurut perintah majikannya
Ø Nafsu makan hilang
Ø Air liur meleleh tak terkendali
Ø Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang,
benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
Ø Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
Ø Kejang-kejang disusul dengan
kelumpuhan
Ø Ekor diantara 2 (dua)paha
o
Bentuk diam
(Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat
terjadi.
Tanda-tanda
yang sering terlihat :
Ø Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
Ø Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat
Ø Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut
terbuka
Ø Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
Ø Mati
o
Bentuk
Asystomatis
Ø Hewan tidak menunjukan gejala sakit
Ø Hewan tiba-tiba mati
Usaha
Pertolongan Pertama Rabies
Menurut
Depkes (2000), setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani
dengan cepat dan sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies
yang masuk pada luka gigitan. Pengobatan luka gigitan meliputi:
Pertolongan pertama: Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah atau lainnya). Tetapi, walaupun pencucian luka sudah dilakukan, harus dicuci kembali lukanya di puskesmas atau rumah sakit.
Pengobatan luka secara khusus (dengan pengawasan dokter)
Pertolongan pertama: Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah atau lainnya). Tetapi, walaupun pencucian luka sudah dilakukan, harus dicuci kembali lukanya di puskesmas atau rumah sakit.
Pengobatan luka secara khusus (dengan pengawasan dokter)
Berdasarkan
rekomendasi dari WHO pengobatan luka secara khusus sebagai berikut:
1. Lakukan pencucian seperti di atas
2. Semprotkan serum anti rabies ke
dalam luka dan infiltrasikan serum tersebut di sekitar luka.
3. Luka jangan segera dijahit, tapi
jika perlu luka jahitan lakukanlah infiltrasi dengan serum anti rabies di
sekitar luka.
4. Berikan pencegahan terhadap tetanus
bila ada indikasi dan antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder dengan kuman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan komentar