welcome to my blog | thanks for your visit | selamat datang di imamfjr.blogspot.com | terimakasih sudah meluangkan waktu anda untuk berkunjung | by: imam fjr

Sabtu, 06 April 2013

Makalah Rabies


Definisi
Kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta kuno rabhas yang artinya melakukan kekerasan/kejahatan. Dalam bahasa Yunani, rabies disebut Lyssa atau Lyttayang artinya kegilaan. Dalam bahasa Jerman, rabies disebut tollwut  dari bahasa indojerman Dhvar yang artinya merusak dan wut artinya marah. Dalam bahasa Prancis, rabies disebut rage berasal dari kata benda robere yang artinya menjadi dila. Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zooniotik, yaitu ditularkan dari hewan ke manusia dan menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan disebarkan melalui luka gigitan atau jilatan gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.

Etiologi
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdoviridae, genus Lyssa. Virus ini berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjolan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjolan (spikes) yang jum;ahnya lebih dari 500 buah. Pada membrane selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75nm, tonjolan berukuran 9nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70%, yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50%. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 C dapat tahan selama beberapa tahun.


Gejala Klinis
Pada Hewan
Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium :
·        Stadium Prodromal
Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan temperamen yang masih ringan. Hewan mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri, reflek kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap tuannya. Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi. Dalam keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan.

 
·        Stadium Eksitasi
Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan lain ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti ketakutan. Hewan mengalami fotopobi atau takut melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara berlebihan dan tampak ketakutan.

·        Stadium Paralisis.
Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian. Hewan mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan mati.
Pada Manusia
Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium.
·        Stadium Prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari.

·        Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan sensoris.

·        Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.

·        Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadangkadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang terjadi. Masa inkubasi tergantung pada umur pasien, latar belakang genetic, status immune, strain virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu. Masuknya ke susunan saraf pusat. Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada gigitan ditangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari.


Gejala Rabies

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya sangat bervariasi dari 10 hari sampai 1 tahun. Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan, dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan pada daerah otot yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
Pada salah satu sumber menyebutkan beberapa ciri-ciri dari korban yang telah terinfeksi virus rabies diamana korban tersebut akhirnya meninggal akibat terlambat mendapat pertolongan, yaitu :

a.       Keluar keringat yang deras
b.      Dada sakit seperti tertusuk-tusuk dan sakit
c.       Sesak nafas



Tanda-Tanda Penyakit Rabies Pada Hewan
Gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk :
o   Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
Ø Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
Ø Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
Ø Tidak menurut perintah majikannya
Ø Nafsu makan hilang
Ø Air liur meleleh tak terkendali
Ø Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
Ø Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
Ø Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
Ø Ekor diantara 2 (dua)paha
o   Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
Ø Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
Ø Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat
Ø Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
Ø Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
Ø Mati
o   Bentuk Asystomatis
Ø Hewan tidak menunjukan gejala sakit
Ø Hewan tiba-tiba mati

                                                 
Usaha Pertolongan Pertama Rabies
Menurut Depkes (2000), setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani dengan cepat dan sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan. Pengobatan luka gigitan meliputi:
Pertolongan pertama:  Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah atau lainnya). Tetapi, walaupun pencucian luka sudah dilakukan, harus dicuci kembali lukanya di puskesmas atau rumah sakit.
Pengobatan luka secara khusus (dengan pengawasan dokter)
Berdasarkan rekomendasi dari WHO pengobatan luka secara khusus sebagai berikut:
1.     Lakukan pencucian seperti di atas
2.     Semprotkan serum anti rabies ke dalam luka dan infiltrasikan serum tersebut di sekitar luka.
3.     Luka jangan segera dijahit, tapi jika perlu luka jahitan lakukanlah infiltrasi dengan serum anti rabies di sekitar luka.
4.     Berikan pencegahan terhadap tetanus bila ada indikasi dan antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder dengan kuman.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan komentar